Senin, 03 Januari 2011

MODEL PEMBELAJARAN YANG MEMPROSES INFORMASI

Belajar dari Presentasi

Advance Organizer

Model advance organizer dapat memperkuat struktur kognitif dan meningkatkan penyimpanan informasi baru. Ausubel mendeskripsikan advance organizer sebagai materi pengenalan yang disajikan pertama kali dalam tugas pembelajaran dan dalam tingkat abstraksi dan inklusivitas yang lebih tinggi dari pada tugas pembelajaran itu sendiri. Tujuannya adalah menjelaskan, mengintegrasikan dan menghubungkan materi baru dalam tugas pembelajaran dengan materi yang telah dipelajari sebelumnya (dan juga membantu pembelajar membedakan materi baru dari materi yang telah dipelajari sebelumnya) (Ausubel, 1986: 148). Organizer yang paling efektif adalah organizer-organizer yang menggunakan konsep-konsep, ketentuan-ketentuan, dan rancangan-rancangan yang sudah akrab dengan pembelajar, seperti ilustrasi-ilustrasi dan analogi-analogi yang sesuai.

Bayangkan, misalnya, seorang guru ingin siswanya mampu memperoleh informasi tentang masalah-masalah energi saat ini. Guru tersebut menyediakan materi pembelajaran yang berisi data tentang sumber-sumber kekuatan, informasi umum tentang pertumbuhan ekonomi dan teknologi di Amerika Serikat, dan kebijakan-kebijakan alternative tentang krisis energi dan perencanaan masa depan. Materi pembelajaran ini diambil dari artikel Koran, diktat atau mungkin film. Tugas pembelajaran bagi siswa adalah menginternalisasi informasi tersebut yaitu mengingat gagasan-gagasan utama dan mungkin juga fakta-fakta inti. Sebelum memperkenalkan siswa pada materi pembelajaran, guru tadi menyediakan materi pengenalan dalam bentuk advance organizer untuk membantu mereka berhubungan dengan data baru.

Dalam contoh ini, konsep tentang energy bisa digunakan sebagai dasar organizer, dan menghubungkan kosep-konsep seperti efisiensi energy dan konservasi energi menjadi auxiliary organizer (pelaksanaan bantuan). Kemungkinan lain adalah konsep tentang ekologi dan beragam subsistem yang berhubungan dengan lingkungan, ekonomi, erana politik dan struktur social. Perangkat organizer kedua ini akan memfocuskan perhatian siswa pada dampak sumber energi yang lama dan yang baru dalam subsistem ekologi kita, sedangkan perangkat utama akan mendorong siswa untuk memperoses data melalui pertimbangan tentang efisiensi energy dan konservasi energi.

Organizer merupakan materi penting dalam dirinya sendiri dan perlu untuk diajarkan. Ia mungkin berupa konsep atau pernyataan hubungan. Dalam hal ini, guru harus memiliki waktu untuk menjelaskan dan mengembangkan organizer, karena hanya karena ketika organizer ini benar-benar dipahami, ia dapat membantu guru mengolah materi pembelajaran berikutnya. Contoh, siswa harus benar-benar memahami konsep tentang kebudayaan sebelum guru dapat mengembangkannya secara efektif untuk mengolah informasi factual tentang kelompok kebudayaan yang berbeda. Advan organizer umumnya didasarkan pada konsep-konsep penting, rancangan, generalisasi, prinsip-prinsip, da hokum suatu disiplin. Contoh, pelajaran atau buku pelajaran yang mendeskripsikan system kasta di India mungkin perlu didahului oleh organizer yang berdasarkan pada konsep tentang stratifikasi social. Begitu pula “generalisasi perubahan-perubahan teknologi dalam menyebabkan perubahan-perubahan penting dalam masyarakat dan kebudayaan” dapat menjadi dasar bagi sesuatu organizer yang mengawali studi tentang periode-periode dan tempat-tempat bersejarah.

Biasanya, organizer dipertalikan secara erat dengan materi sebelumnya. Namun, organizer juga dapat dibuat dari sebuah analogi dari bidang lain untuk menyediakan perspektif baru. Contoh, konsep tentang keseibangan atau bentuk, meski pun sering diterapkan pada seni, keduanya dapat diaplikasikan pada sastra, pada matematika, pada keseimbangan pemerintahan, atau bukan pada aktivitas kehidupan kita sehari-hari. Studi tentang gereja dapat dipandang berdasarkan rublik organizer-organizer yang berbeda: para organizer ini memfokuskan pada implikasi ekonomi gereja, perspektif budaya dan sosiologi, atau perspektif arsitektur.

Ada dua jenis advance organizer ekspositori dan komparatif. Organizer ekspositori (expository organizer) menjadi konsep dasar pada tingkat abstraksi tertinggi atau mungkin beberapa konsep yang lebih kecil. Organizer ini merepresentasikan perencah intelektual tentang bagaimana siswa akan “menggantungkan” informasi baru yang mereka temui. Organizer ekspositori khususnya berguna karena ia dapat menyediakan perancah ideasional untuk materi-materi yang asing/tidak biasa. Maka dari itu, misalnya, konsep dasar ekonomi harus disajikan lebih dahulu sebelum kajian tentang kondisi ekonomi suatu kota.

Di sisi lain, organizer komparatif biasanya diterapkan pada materi yang biasa. Organizer-organizer itu dirancang untuk memdakan antara konsep baru dan konsep lama untuk menghindari kebingungan yang disebabkan oleh kesamaan antakeduannya. Contoh, ketika pembelajar diperkenalkan pembagian, organizer komparatif bisa saja diterapkan untuk menunjukkan kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan antara fakta-fakta pembagian dan fakta-fakta perkalian. Jika dalam perkalian, yang mengendalikan dan yang dikalikan dapat dibalik tanpa perubahan hasil yakni, 3 dan 4 dapat diubah menjadi 4 x 3 maka dalam pembagian yang membagi dan yang dibagi tidak dapat ditukar tanpa memengaruhi hasil yaitu, 6 dibagi 2 tidak sama hasilnya dengan 2 dibagi 6. Organizer komparatif dapat membantu pembelajar melihat hubungan antara perkalian dan pembagian serta dapat mengklarifikasi perbedaan-perbedaan antara dua hal tersebut. Pembelajar kemudian dapat belajar dari perkulian ini ketika mempelajari pembagian tanpa dibingungkan oleh perbedaan-perbedaan.

Sebagaimana dideskripsikan pada bab 2, Ausubel dan rekan-rekannya telah melaksanakan beragama kajian yang meneliti teori umum tersebut. Sedangkan kajian-kajian Lawton (1977a) menarik tidak saja karena berhubungan dengan pembelajaran dan penyimpanan materi, tetapi juga karena berhubungan dengan potensi yang dimiliki teori tersebut untuk mempengaruhi kerja-kerja masuk akal yaitu: membantu mengembangkan berpikir.

Secara umum, studi Lawton tampak mendukung gagasan bahwa apa yang diajarkan akan dipelajari. Jika kita menyajikan materi pada siswa, beberapa materi tersebut akan dipelajari. Jika materi ini disajikan dengan struktur pengelolaan maka yang dipelajari mungkin akan lebih banyak. Jika kita menggunakan proses yang membantu siswa mengembangkan cara-cara berpikir tertentu, maka beberapa cara ini juga akan dipelajari. Untuk itu, jika kita menghindari menggunakan model-model pengajaran yang berusaha menyediakan struktur intelektual tertentu dan menggunakan proses berfikir kita tertentu kita bisa mengurangi kesempatan untuk menggunakannya. Secara umum, aktipitas berbicara berkembang salah satu struktur intelektual baik melalui metode presentasi atau metode induktif dapat meningkatkan kemungkinan bahwa siswa akan mempelajari struktur-struktur ini dan proses berpikir yang diasosiasikan pada mereka, dan mereka akan menyimpan materi yang lebih kuat. Pengaruh-pengaruhnya paling terasa pada siswa yang lebih tua. Namun, omomg-omomh, pengaruh-pengaruhnya paling dapat dilihat dalam perilaku pemecahan masalah saat siswa membawa struktur tersebut untuk mengatasi masalah-masalah yang belum mereka jumpai sebelumnya (Bascones dan Noval, 1985; Maloney, 1994).

Model Pengajaran

Model pengajaran yang dikembangkan disini didasarkan pada gagasan Ausubel tentang materi pelajaran, struktur kognitif, pembelajaran resepsi aktif, dan advance orgnanizer handal.

Struktur Pengajaran

Model advance organizer memiliki tiga tahap kegiatan. Tahap pertama adalah presentasi advance organizer, tahap kedua adalah presentasi tugas pembelajaran atau materi pembelajaran, dan tahap ketiga adalah penguatan pengolahan kognitif. Tahap terakhir ini menguji hubungan materi pembelajaran dengan gagasan-gagasan yang ada untuk menghasilkan proses pembelajaran aktif.

Aktivitas-aktivitas dirancang untuk meningkatkan kejelasan dan kemantapan materi pembelajaran yang baru sehingga gagasan-gagasan yang hilang tidak terlalu banyak hanya karena disebabkan ketidak jelasan satu sama lain. Siswa seharusnya membedah materi tersebut saat mereka menerimanya dengan menghubungkan materi pembelajaran baru dengan pengalaman personal, struktur kognitif dan sikap kritis pada pengetahuan.

Tahap pertama terdiri dari tiga aktivits: mengklarifikasi tujuan-tujuan pembelajaran, menyajikan advance organizer dan mendorong kesadaran pengetahuan yang relevan.

Mengklarifikasi tujuan pelajaran adalah salah satu untuk memperoleh perhatian siswa dan mengarahkan mereka ketujuan-tujuan pelajaran, keduannya penting untuk mempasilitasi pembelajaran yang bermakna. (mengklarifikasi tuuan-tujuan juga penting bagi guru dalam merencanalan suatu pelajaran).

Sebagaimana yang telah disebutkan, organizer bukan sekedar statemen yang pendek dan sederhana; ia adalah gagasan dalam dirinya sendiri dan seperti materi pelajaran, harus dieksplorasi secara terampil. Ia juga harus dibedakan dari pernyataan-pernyataan pengenalan, yang hanya berguna untuk pelajaran tetapi tidak untuk advance organizer. Contoh, ketika kita mengajar, kita sering kali memulai pengajaran dengan meminta siswa mengingat kembali apa yang telah kita ajarkan besok. Dalam hal ini kita memberikan mereka konteks atau orientasi dari presentasi kita. Atau kita mungkin meminta siswa mengingat kembali pengalaman personal dan kemudian mengakui bahwa apa yang sedang kita bicarakan mirip dengan situasi tersebut atau akan membantu mereka memahami pengalaman sebelumnya. Kita mungkin menjelaskan pada mereka tujuan dari sesi tersebut apa yang kita harapkan, mereka akan keluar dari presentasi dan diskusi. Tidak ada pun teknik-teknik yang sekedar didiskripsikan merupakan strategi dari model advance organizer. Namun, seluruhnya merupakan bagian presentasi yang telah dikelola dengan baik, dan beberapa merepleksikan prinsip-prinsip yang merupakan inti dari teori Ausubel tentang pembelajaran verbal dan merupakan bagian dari model pengajaran.

Bagaimanapun, organizer yang benar-benar nyata dibangun berdasarkan konsep-konsep penting dan atau rancangan-rancangan suatu disiplin atau bidang kajian. Pertama, organizer harus dibangun sehingga pembelajar dapat menghayati kegunaannya sebuah gagasan yang berbeda dari dan lebih inklusif dari pada materi dalm tugas pembelajaran itu sendiri. Fitur utama dalam suatu organizer dengan demikian adalah bahwa ia berada dalam tingkat abstraksi tertinggi adalah apa yang membedakan organizer dengan overview pengenalan, yang ditulis (atau di ucapkan pada tingkat abstraksi yang sama sebagaimana materi pembelajaran. Hal ini disebabkan karena organizer tersebut, sebenarnya merupakan preview dari materi pembelajaran.

Kedua, apakah organizer itu ekspositori atau komparatif, fitur penting dari suatu konsep atau rancangan harus ditunjukan dan dijelaskan secara seksama. Untuk itulah, guru dan siswa harus mengeksploitasi orginer tersebut seperti tugas pembelajaran. Itu artinya kita harus memetik fitur-fitur penting, menjelaskannya dan memberikan contoh-contoh. Presentasi suatu organizer tidak perlu terlalu panjang, tetapi ia harus dapat dihayati (pembelajar harus menyadari hal itu) dipahami dengan jelas dan secara terus menerus berhubungan dengan materi yang sedang dilaksanakan. Ini juga berarti bahwa pembelajar harus sudah akrab dengan bahasa atau gagasan dalam organizer tadi. Penting juga menggambarkan organizer dalam kontek berganda dan mengulangnya beberapa kali, khususnya yang berhubungan dengan terminologi baru atau terminology khusus. Pada akhirnya, penting untuk mendorong kesadaran pengetahuan dan pengalaman siswa sebelumnya yang mungkin relevan dengan tugas pembelajaran dan organizer tersebut.

Setelah persentasi organizer dalam tahap pertama, materi pembelajaran dipresentasikan dalam tahap kedua pembentukan ceramah, diskusi, film, eksprimentasi atau membaca. Selama presentasi, pengolahan materi pembelajaran perlu dibuat dengan jelas pada siswa sehingga mereka memiliki seluruh indra petunjuk dan dapat melihat urutan logis dari materi tersebut dan bagaimana pengolahan tadi berhubungan dengan advance organizer.

Tujuan dalam tahap ketiga adalah melabuhkan materi pembelajaran baru ke dalam struktur kognitif siswa yang sudah ada yakni, memperkuat pengolahan kognitif siswa. Dalam arus pengajaran yang alamiah, beberapa prosedur ini bisa dimaksudkan ke dalam tahap kedua; namun, kita ingin menekankan bahwa menggarap kembali materi baru merupakan tugas pengajar yang terpisah, dengan perangkat aktivitas dan keterampilannya. Ausubel mengidentifikasi empat aktivitas: (1) mengembangkan perdamaian integrative, (2) mengembangkan pembelajaran sesepsi aktif, (3) memunculkan pendekatan kritis pada mata pelajaran, dan (4) mengklarifikasi.

Ada beberapa cara untuk memfasilitasi pendamaian materi baru dengan struktur kognitif siswa. Guru dapat (1) mengingatkan siswa tentang gagasan-gagasan (gambaran yang lebih besar), (2) meminta ringkasan tentang sifat-sifat penting materi pembelajaran yang baru, (3) mengulang definisi-definisi yang tepat, (4) meminta perbedaan-perbedaan diantara asfep-asfek materi, dan (5) meminta siswa mendeskripsikan bagaimana materi pembelajaran mendukung konsep dan rancangan yang digunakan sebagai organizer.

Pembelajaran aktif dapat ditingkatkan dengan (1) meminta siswa mendeskripsikan bagaimana materi baru berhubungan dengan organizer, (2) meminta siswa membuat contoh-contoh tambahan tentang konsep atau rancangan dalam materi pembelajaran, (3) meminta siswa menjelaskan secara lisan esensi materi tersebut, dengan menggunakan terminologi dan kerangka rujukan mereka sendiri, dan (4) meminta siswa menguji materi dari sudut pandang yang lain.

Pendekatan kritis terhadap pengetahuan dapat dilihat dengan meminta siswa mengenali asumsi-asumsi atau kesimpulan-kesimpulan yang mungkin dibuat dalam materi pembelajaran, mempertimbangkan atau menantang asumsi-asumsi dan kesimpulan-kesimpulan ini dan mendamaikan kontradiksi antar keduannya.

Anda tidak mungkin atau tidak menarik menggunakan seluruh teknik-teknik ini dalam satu pelajaran. Kendala-kendala seperti waktu, topik dan relevansi dengan situasi pembelajaran tertentu akan menuntun penggunaan teknik ini. Namun, penting pula mengingat empat tujuan dari tahap ini dan teknik-teknis khusus untuk pengajaran ekspositori yang efektif. Idealnya penerapan awal tahap ketiga dapat dibicarakan oleh guru dan siswa. Pertama-tama, bagaimanapun, guru harus merespon kebutuhan siswa untuk kepentingan klarifikasi beberapa wilayah topik dan untuk integrasi materi baru dengan pengetahuan yang ada.

Pada dasarnya Ausubel memberikan kita metode dalam meningkatkan tidak hanya prestasi, tetapi juga kemampuan siswa untuk belajar dari prestasi tersebut. Semakin sering kita melatih siswa untuk aktif mencari pengolahan gagasan, mendamaikan informasi dengan gagasan tersebut, dan membuat organizer sendiri (melibatkan diri dalam aktivitas induktif selama membaca atau menonton) semakin besar potensi siswa dalam mencari manfaat dari presentasi tersebut.

Sistem Sosial

Dalam model ini, guru harus mempertahankan kontrol pada struktur intelektual, karena hal ini penting untuk menghubungkan materi pembelajaran dengan organizer dan membantu siswa membedakan materi baru dengan materi yang telah dipelajari sebelumnya. Dalam tahap ketiga bagaimanapun, situasi pembelajaran idealnya harus interaktif, yakni siswa-siswa perlu dirangsang untuk mengajukan pertanyaan dan memberikan tanggapan. Perolehan materi yang berhasil akan tergantung pada keinginan pembelajar dalam mengintegrasikannya dengan pengetahuan sebelumya, melalui kemampun-kemampuan kritisnya, prestasi guru dan pengolahan informasi tersebut.

Peran /Tugas Guru

Tugas-tugas guru pada siswa diarahkan dengan tujuan mengklarifikasi makna materi pembelajaran baru, membedakan makna tersebut dari dan mendamaikannya dengan pengetahuan yang ada, membuatnya relevan dengan siswa secara personal, dan membantu mereka meningkatkan kritis pada pengetahuan. Idealnya, dengan cara seperti ini, siswa akan mengajukan sendiri pertanyaan-pertanyaan mereka dalam merespons penentuan makna yang mereka lakukan.

Sistem Pendukung

Materi yang disusun dengan baik merupakan syarat dukungan yang penting untuk model ini. Efektifitas advance organizer tergantung pada hubungan terpadu dan cocok antara pelaksanaan konseptual dengan materi. Model ini memberikan pertunjukan-pertunjukan dalam membangun (atau menyusun kembali) materi-materi pengajaran.

PENERAPAN

Fungsi-Fungsi Instruksional

Model advance organizer berguna khususnya untuk menyusun rangkaian atau arah kurikulum dan melatih siswa secara sistematis dalam suatu gagasan kunci bidang tertentu. Langkah demi langkah da konsep-konsep dan rancangan-rancangan penting dijelaskan dan diintegrasikan, sehingga pada akhir pengajaran, pembelajar akan memperoleh perspektif tentang seluruh bidang yang dikaji.

Kita pasti berharap adanya peningkatan dalam pemahaman siswa terhadap informasi factual yang dihubungkan dengan dan dijelaskan oleh gagasan-gagasan kunci. Contoh, konsep tentang sosialisasi di dalam kultur dan subkultur yang berbeda. Model ini dengan demikian membantu memperluas pengetahuan siswa tentang kebudayaan.

Model tersebut juga dapat dibentuk untuk mengajarkan keterampilan-keterampilan pembelajaran resepsi yang efektif. Pemikiran kritas dan perombakan kognitif dapat dijelaskan pada pembelajar, yang menerima pengajaran langsung tentang pemikiran secara teratur dan tentang gagasan hirarki gagasan pengetahuan. Akhirnya mereka dapat menerapkan teknik-teknik ini secara mandiri pada materi pembelajaran baru. Dengan kata lain, model ini dapat meningkatkan efektifitas membaca dan menonton film, dan aktivitas-aktivitas “resepsi” lainnya.

Model-model lain juga penting dalam mengevaluasi dan menerapkan materi yang disajikan oleh advance organizer. Contoh, model advance organizer, setelah memperkenalkan materi baru dengan cara-cara deduktif presentasional, dapat dilanjutkan dengan aktivitas-aktivitas pertemuan konsep induktif yang dapat memperkuat materi itu.

Dampak-Dampak Instruksional dan Pengiring

Nilai-nilai instruksional dari model ini tampak jelas gagasan-gagasan yang digunakan sebagai advance organizer itu sendiri juga dipelajari, sebagaimana informasi yang disajikan pada siswa.

Sumber: Bruce Joyce, dkk. Model of Teaching.