Selasa, 16 Desember 2008

SEKULERISME

Banyak orang mengucapkan, memponis, bahkan ada yang mengaku sekuler namun dia sendiri tidak tahu dengan arti dari sekulerisme. Setidaknya ada beberapa hal yang menyebabkan bahwa kata-kata itu diucapkan tetapi tidak mengerti yaitu, hanya mendengar dari orang lain tanpa di telaah, tidak mau cari tahu dan untuk apa dia harus tahu. Sehingga dengan mudah diucapkan tetapi tidak dikaji.
Secara etimologis, term secular yang merupakan akar dari term secularism mengalami perubahan makna sepanjang sejarah. Kata ini berasal dari bahasa Latin saeculum, kemudian diadopsi oleh Perancis kuno baru kemudian masuk menjadi kosakata bahasa Inggris. Makna asal term ini adalah “a generation or an age; that is, the length of time of a lifespan“, (Makna secara bebasnya) berarti suatu generasi atau jaman, atau sepanjang masa hidup seorang manusia. lalu apa hubungannya dengan makna sekuler saat ini, menurut dugaan berbagai etymologist, sekuler dimaknai sebagai generasi, atau sepenggal waktu karena memiliki persamaan sifat dengan kefanaan, ketidakabadian, dan keduniaan yang berlawan kata dari keabadian atau eternal seperti banyak diulas oleh agama sebagai kepercayaan bahwa hidup ini tidak hanya ada di dunia.
Makna sekularisme adalah paham pemisahan agama dari kehidupan (fashlud din ‘an al hayah), yakni pemisahan agama dari segala aspek kehidupan, yang dengan sendirinya akan melahirkan pemisahan agama dari negara dan politik
Sekulerisme adalah Keharusan kristen. Secara sosio-historis, sekularisme lahir di Eropa, bukan di Dunia Islam, sebagai kompromi antara dua pemikiran ekstrem yang kontradiktif, ada pun Kedua pemikiran ini, yaitu: pertama adalah pemikiran yang diserukan oleh tokoh-tokoh gereja di Eropa sepanjang Abad Pertengahan (sekitar abad ke-5 s/d ke-15 M), misalnya Thomas Aquinas, St. Agustine, Tertullian, dan St. Jerome, untuk menundukkan segala urusan kehidupan menurut ketentuan agama Katolik. Sedangkan yang kedua, adalah ide sebagian pemikir dan filsuf yang mengingkari keberadaan Tuhan dan agama. Mereka itu misalnya Machiavelli (w. 1527 ) dan Michael Mountaigne (w. 1592). Contoh lainnya adalah Nietzsche (w. 1778) yang menyatakan, “Orang liberal harus mengakui, bahwa tuhan telah mati (God is dead)”. Ludwig Feurbach (w. 1872) misalnya, menyatakan bahwa, “God is man, and man is God.” (Tuhan itu sebenarnya adalah manusia, dan manusia itu adalah Tuhan). Feurbach juga menyatakan, “Religion is the dream of human mind.” (Agama adalah impian dari pikiran manusia).
Solusi dari konflik keduanya ialah, agama tetap diakui, tapi tidak boleh turut campur dalam pengaturan urusan masyarakat. Jadi, agama tetap diakui eksistensinya, tidak dinafikan, hanya saja perannya dibatasi pada urusan privat saja, yakni interaksi antara manusia dan Tuhannya (seperti aqidah, ibadah ritual, dan akhlak). Tapi agama tidak mengatur urusan publik, yakni interaksi antara manusia dengan manusia lainnya, seperti politik, ekonomi, sosial, dan sebagainya. Jadi, jelaslah bahwa sekularisme muncul karena ada konflik antara akal (pemikir) dan injil.
Contoh Konflik Akal dan Injil.
Bibel yang diyakini sebagai sebuah kitab suci, misalnya, teryata memuat berbagai fakta yang bertentangan dengan akal. Disebutkan secara implisit didalam perjanjian lama bahwa dunia ini berusia kurang lebih 6000 tahun. Dunia ini juga diciptakan sebelum matahari dan bumi. pendapat yangg ada dialam bibel tersebut bertentangan khususnya dengan sains. Jika sains dan aktivitas penelitian ilmiah dilanjutkan fakta yang ada di dalam bibel harus diabaikan. Jika tidak konflik anatara bible (injil) dan sains akan terus terjadi.
Pada tahun 1507, Copernicus dalam bukunya De Revolutionibus, mengemukakan bahwa sebenaranya mataharailah yang merupakan pusat tata surya, bukan bumi. Menyadari bahwa pendapatnya akan bertentangan dengan injil dan menghindar dari hukuman yang akan diberikan oleh gereja. Copernicus mengemukakan argumentasinya sangat hati-hati sekali dan sangat apologetik. Disebabkan kuatnya otoritas gereja, Copernicus tidak menerbitkan bukunya sampai 36 tahun. Pada tahun 1543 Masehi, buku itu baru bisa diterbitkan . Salinan buku itu diberikan kepadanya ketika dia menjelang ajal diatas katil tidurnya. Seperti diduga, setelah buku itu terbit, INKUISISI Gereja menuduhnya sesat. Gereja melarangnya karena bertentangan dengan ajaran Injil.
Nasib yang sama juga dialami oleh Galileo Galilei yang dituduh murtada, sesat dan atheis karena pendapatnya bahwa bumi mengelilingi matahari. Pada tahun 1632 ia bersikukuh menerbitkan buku The System of The World. Hal ini menyebabkan dia dikurung dalam penjara oleh Inkuisi gereja dan akhirnya di gantung.
Jadi dominasi gereja menunjukkan bahwa penelitian ilmiah akan terhambat dan peneliti ilmiah akan dihukum. Karena itu, orang Barat modern ingin bebas lepas dari dominasi institusi gereja. Inilah asal mula sekularisme.
Pada intinya prinsip sekulerisme menurut Van Peursen adalah "the deliverance of man from religious and from methaphysical control" Artinya secara gamblang adalah pemisahan atau pendikotomian (membuat dua hal saling bertentangan satu sama lain) antara kehidupan manusia dan pengaruh Tuhan. Sedangkan tujuan adanya gerakan sekulerisme adalah untuk membuat manusia tidak bertuhan (ateis) dan tidak beragama (ireligius).
Menurut Max Weber ada tiga elemen sekulerisme yaitu:
Pertama disenchantment of nature Mereka yang berpaham sekuler tidak takut kepada alam. Mereka berpendapat bahwa kepercayaan kepada kekuatan alam (misalnya gunung meletus karena penunggunya marah) adalah kepercayaan primitif. Seorang sekuler menganggap bahwa alam ada untuk dieksploitasi sebesar-besarnya demi keuntungan umat manusia. Maka tidak heran dahulu sampai sekarang negara eropa memburu rempah-rempah dan kekayaan alam dari seluruh dunia.
Kedua deconsectration of value apa sih value itu? Value is an idea about good and bad (moral value), right and wrong ( ethical value), true and false (epistemic value), expensive and cheap (economic value), and beautiful and ugly (aesthetic value). Oleh karenanya orang, komunitas, atau negara yang berpaham sekuler tidak mengaggap nilai sebagai sesuatu yang sakral dan suci. Mereka berpendapat bahwa tidak ada yang berhak menilai baik dan buruk sehingga komunitas inilah yang membuat sendiri nilai yang nantinya mereka anut.
Mereka juga selalu bertanya, siapa yang berhak menentukan sesuatu itu benar maupun salah. Sehingga tidak heran, negara sekuler seperti Belanda membuat undang-undang khusus bagi mereka yang kawin sesama jenis. Sekulerisme beranggapan bahwa niai tergantung pada kelompok tertentu, tidak ada otoritas Tuhan di sana.
Ketiga desacralization of politics Siapakah yang berhak membuat hukum yang mengatur sebuah negara? Karena sebuah nilai yang mereka anut berasal dari sebuah kelompok maka hukum yang mereka buat pun adalah hukum yang berasal dari sekelompik orang. Misalnya sebuah parlemen memutuskan suatu perkara yang sama sekali tidak memperhitungkan nilai-nilai agama yang ada. Sehingga hukum yang lahir adalah hukum hasil pemikiran manusia-manusia yang dianggap kompatibel di dalamnya. Mereka beranggapan bahwa pemikiran manusia ini dapat mengatur segala kehidupan bernegara dan berbangsa.
Sedangkan hasinya adalah sekelompok masyarakat yang loyal (atau terpaksa) loyal kepada pemerintah tersebut.
Apa yang salah dengan Sekulerisme?
Paham sekulerisme beranggapan bahwa selama manusia masih menganut agama maka dirinya dalah terbelenggu dalam norma dan dianggap tidak modern. Manusia belum dikatakan sebagai manusia modern kalau belum meninggalkan agamanya. Atau orang yang beragama adalah orang primitif dan tidak mengikuti zaman.

Allah berfirman dalam surat Al Jatsiyah 24
Dan mereka berkata: "Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang akan membinasakan kita selain masa", dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja.

Sesungguhnya mereka memang tidak mengimani adanya kehidupan setelah kematian, dan kehidupan di dunia ini adalah kehidupan tanpa sebab dan akibat. Jadi bagaimana denangan kita sekrang, apa sekuler atau tidak …? Atau pun kita tidak merasakan apa yang kita lakukan sekrang ini merupakan sebuah upaya ke arah sekulerisme. Jadi berhati-hatilah karena kehancuran akan semakin dekat apabila arah pengembangan pemikiran kita menjadi sekuler.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar